Plt Dirjen Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan, Joko Muryatmojo mengutarakan bahwa pesawat sempat menghindari awan tebal dan meminta untuk menambah ketinggian terbang. Faktor cuaca inilah yang disebut menjadi penyebab atas hilangnya pesawat Air Asia dengan nomor penerbangan QZ 8501 ini.
Pesawat berpenumpang 155 dengan tujuh awak ini diduga jatuh pada ketinggian 4.700 kaki menuju Bandara Changi, Singapura akibat adanya awan cumulonimbus (Cb). Berdasarkan data Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), di lokasi hilangnya pesawat Air Asia ditemukan awan cumulonimbus (Cb) yang sangat tebal mencapai 5-10 kilometer. Keberadaan awan Cb sering dianggap sebagai hal yang menakutkan bagi kalangan penerbangan. Pengamat Penerbangan, Jusman Syafii Djamal, mengatakan awan cumulonimbus (Cb) dapat menyebabkan ketidakstabilan dan mesin pesawat mati. ''Di dalam awan cumulonimbus terdapat butiran es yang mengalir. Kalau butiran ini masuk ke engine, dapat menyebabkan engine mati,” ujar Jusman.
Di dalam awan cumulonimbus, terdapat aliran butiran es yang dapat membekukan mesin pesawat sehingga menyebabkan kerusakan dan pesawat tidak bisa terbang lagi. Di dalam awan cumulonimbus juga terdapat badai petir yang mengilat-kilat. Awan Cb dapat ditemukan di Indonesia Bagian Barat. Awan Cb terjadi karena adanya zona yang memiliki kelembaban tinggi dan dilewati oleh pertemuan badai tropis yang sering terjadi di Indonesia. Selain itu biasanya awan ini menjadi hujan angin dan puting beliung. Awan Cb ini yang harus dihindari oleh pilot yang menerbangkan pesawatnya untuk menghindari ketidakstabilan yang parah.
Sejumlah ahli menduga pesawat AirAsia QZ8501 berhasil melakukan pendaratan darurat di laut. Kapten pilot Iriyanto yang memiliki pengalaman terbang yang cukup lama diyakini bisa melakukannya tanpa dampak yang serius.
Teori lain menyebut pesawat hancur usai menghantam perairan. Hal itu terjadi setelah kapal terbang diduga jatuh karena kondisi di mana kapal terbang terjun bebas akibat tekanan udara yang tidak stabil.
Terkait permintaan pilot untuk naik ketinggian demi menghindari cuaca buruk, muncul dugaan bahwa pesawat berada pada ketinggian yang ekstrem dalam waktu singkat. Misal 6.000-9000 meter per menit yang membuat pesawat menjadi tak terkendali dan akhirnya jatuh.
Spekulasi lain yang membuat AirAsia QZ8501 jatuh adalah karena pesawat mengalami midair stall hingga membuat pesawat terhempas ke bawah. Menurut Direktur Perusahaan Konsultan Penerbangan Ailevon Pacific, Oliver Lamb, kondisi tersebut karena kapal terbang bergerak begitu lambat.
Dengan dikerahkannya tim pencarian, semoga jasad semua penumpang dan awak kapal dapat ditemukan. Pihak keluarga atau yang bersangkutan diberi kesabaran dan ketabahan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar