Kamis, 24 Maret 2016

Analisis Film Patch Adams

Nama Kelompok:
- Resti Anugrahsari (19514092)
- Wima Indah Perdana (1C514253)
Kelas 2PA08




Sinopsis Film Patch Adams
Patch Adams adalah sebuah film bergenre komedi biografi yang dirilis pada tahun 1998. Patch Adams mengisahkan tentang Hunter Adams (Robbin Williams) memiliki kehidupan yang bahagia bersama dengan kekasih yang ia cintai. Namun semuanya berubah ketika kekasih yang begitu dicintai oleh Patch meninggalkannya begitu saja. Bahkan kekasihnya tersebut memilih untuk meninggalkan Patch untuk hidup bersama pria lain.
Hal tersebut tentu saja membuat hati Patch menjadi hancur berantakan. Tidak cukup sampai disitu saja, hatinya yang hancur membuat kehidupan Patch menjadi tidak karuan. Ia seakan kehilangan semangat dan tujuan hidupnya. Mengetahui bahwa dia perlu diobati membuat Patch dengan suka rela masuk ke rumah sakit jiwa. Patch memang tidak gila namun dia yakin emosinya perlu disembuhkan.
Namun ternyata di rumah sakit jiwa, Patch tidak mendapatkan apa yang diinginkan. Para pasien disana hanya diobati dengan cara diberikan obat sedangkan gangguan emosionalnya tidak pernah ditangani dengan baik. Hal tersebutlah yang membuat Patch kemudian berinisiatif untuk menghibur para pasien disana untuk bisa lebih baik.
Tak disangka, hiburan dan motivasi yang dilakukan oleh Patch membuat perlahan kondisi kejiwaan para pasien disana mulai membaik. Hal tersebut membuat Patch menyadari bahwa untuk menyembuhkan seorang pasien bukan hanya fisiknya yang perlu diobati namun juga psikisnya.
Berangkat dari kepercayaan tersebut, Patch kemudian memiliki tujuan baru didalam hidupnya. Yaitu dia akan menjadi dokter dan menyembuhkan para pasien dengan caranya sendiri. Patch pun mulai mengikuti pendidikan kedokteran agar nantinya Ia bisa menjadi dokter sesungguhnya. Tapi ternyata di pendidikan kedokteran metode untuk menyembuhkan pasien menggunakan metode yang sangat kaku.
Yang lagi-lagi hanya memfokuskan untuk mengobati fisiknya namun kondisi psikis sang pasien selalu dilupakan. Patch kemudian memberi tahu bahwa pasien juga perlu dicari tahu penyebab penyakitnya dari segi psikis bukan hanya fisik. Namun ternyata pernyataan dari Patch sangat ditentang keras oleh Universitasnya. Karena menganggap Patch hanyalah mengada-ada. Hal tersebutlah yang membuat Patch semakin berniat untuk membuktikan metode pengobatan yang dia miliki.

Teori yang Berkaitan dengan Patch Adams
1.        Alfred Adler (Psikologi Individual)
Menurut Adler, motif utama manusia adalah dorongan sosial untuk terlibat dalam lingkungan. Konsep utama Adler yaitu finalisme fiktif, perjuangan ke arah superioritas, inferioritas dan kompensasi, minat sosial, gaya hidup, diri kreatif.
Adler mengemukakan bahwa pada dasarnya manusia memiliki perasaan inferioritas dan keinginan menjadi superior menuju kesempurnaan. Inferioritas sebagai perasaan yang muncul akibat kekurangan psikologis/sosial yang dirasakan secara subjektif maupun perasaan yang muncul karena kelemahan atau cacat tubuh yang nyata.
Dalam tokoh Patch Adams, pada awalnya ia memiliki perasaan inferior dalam dirinya, dia memiliki rasa keputusasaan di dalam hiudpnya hingga mengajukan dirinya untuk masuk ke rumah sakit jiwa. Akan tetapi ketika di rumah sakit jiwa itulah yang menjadi awal kebangkitan Patch dari keterpurukan untuk melangkah menuju sukses (superioritas). Perjuangan untuk sukses ini dipacu karena adanya minat sosial di dalam diri Patch yang peduli terhadap orang-orang di sekitarnya serta memiliki sikap empati yang besar terutama pada orang-orang sakit. Patch memiliki tujuan final yang kuat untuk menjadi seorang dokter, oleh karena itu, Patch pun memutuskan untuk kuliah di fakultas kedokteran karena ia ingin menyembuhkan orang-orang yang sakit dengan cara yang unik. Patch ingin menyembuhkan pasien-pasiennya bukan hanya dengan bantuan medis saja tetapi memberikan perhatian dan sikap empati terhadap pasien untuk menciptakan jiwa yang selalu bahagia meskipun sedang sakit. Karena adanya tujuan final yang dimiliki Patch, Patch  memiliki gaya hidup yang berbeda dengan adanya kekuatan diri kreatif yang besar, dimana dia mempunyai pemikiran bahwa manusia bukan penerima pengalaman secara pasif tetapi manusia adalah aktor dan inisiator tingkah laku. Sesuai dengan pandangan Adler yang menyatakan bahwa kperibadian bersifat dinamis bukan statis, bahwa setiap orang selalu bergerak sepanjang hidupnya.

2.        Carl Gustav Jung (Psikologi Analitik)
Jung mengemukakan bahwa teori psikologi analitik itu memiliki tingkatan psyche (kepribadian), dinamika kepribadian, tipe-tipe psikologis dan perkembangan kepribadian.
Di dalam tipe-tipe psikologis, jung membedakan menjadi dua, yaitu menurut sikapnya (introvert dan ekstrovert) dan menurut fungsinya (sensing, thinking, feeling, intuiting).
Sikap ekstraversi mengarahkan pribadi ke pengalaman objektif, memusatkan perhatiannya ke dunia luar,cenderung berinteraksi dengan orang disekitarnya, aktif, dan ramah. Sama seperti tokoh Pach Adams disini ia memiliki sikap ekstrovert yang lebih dominan dalam dirinya. Hal ini dibuktikan dari kemampuan berinteraksi dengan orang lain secara baik, dia mampu bersikap aktif pada pasien-pasiennya yaitu dengan memberikan perhatian dengan cara-caranya yang unik, sehingga orang-orang beserta pasiennya merasa senang, nyaman, dan akrab.

3.        Erik Erikson (Psikososial)
Erikson memiliki 8 tahap perkembangan psikososial yang menurutnya akan terungkap seiring pengalaman masa hidup kita, masing-masing tahap memiliki sebuah tugas perkembangan unik yang menhadirkan krisis yang harus diselesaikan oleh individu. 8 Tahap perkembangan psikososial yaitu, Basic Trust vs Mistrust, Autonomy Vs Shame and Doubt, Initiative Vs Guilt, Industry Vs Inferiority, Identity Vs Identity Confusion, Intimacy Vs Isolation, Generativity Vs Stagnation, Integrity Vs Despair. Di sini akan lebih dibahas tentang tahapan Generativity Vs Stagnation yang dialami di masa dewasa menengah. Generativity ialah persoalan utama yang dihadapi individu di masa ini adalah membantu generasi muda untuk mengembangkan dan mengarahkan kehidupan yang berguna. Sedangkan stagnation itu adalah perasaan bahwa belum melakukan sesuatu untuk menolong generasi berikutnya.

Generativity yang terjadi pada Patch, yakni ia mempunyai usaha dalam pekerjaan untuk bekerja produktif dengan memunculkan ide-ide baru dalam dunia kedokteran yang berprinsip bahwa dalam menyembuhkan pasien tidak cukup hanya dengan rawat inap maupun pemberian obat, tetapi memberikan kebahagiaan dan mengerti akan keadaan pasien untuk tetap tersenyum melalui cara-cara kreatif yang dilakukan oleh Patch. Akan tetapi, ditengah usahanya untuk menjadi seorang dokter, Patch mengalami stagnasi. Hal ini terjadi karena Patch tidak memiliki semnagta hidup setelah ditinggal mati oleh wanita yang sangat dicintainya. Namun hal itu tidak berlangsung lama karena ia mencoba berpikir untuk melawan rasa keputusasaan yangterjadi pada dirinya dengan meyakini bahwa ia harus tetap maju demi mencapai tujuan yang telah dicita-citakan.

Kamis, 10 Maret 2016

Konsep Sehat

Kata sehat menurut Kamus Bahasa Indonesia adalah suatu keadaan/kondisi seluruh badan serta bagian-bagiannya terbebas dari sakit. Mengacu pada Undang-Undang Kesehatan No. 23 tahun 1992, sehat adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan seseorang dapat hidup secara sosial dan ekonomis. konsep “sehat”, World Health Organization (WHO) merumuskan dalam cakupan yang sangat luas, yaitu “keadaan yang sempurna baik fisik, mental maupun sosial, tidak hanya terbebas dari penyakit atau kelemahan/cacat”. Dalam definisi ini, sehat bukan sekedar terbebas dari penyakit atau cacat. Orang yang tidak berpenyakit pun tentunya belum tentu dikatakan sehat. Dia semestinya dalam keadaan yang sempurna, baik fisik, mental, maupun sosial. Sehat adalah kondisi normal seseorang yang merupakan hak hidupnya. Sehat berhubungan dengan hukum alam yang mengatur tubuh, jiwa, dan lingkungan berupa udara segar, sinar matahari, santai, kebersihan serta pikiran, kebiasaan dan gaya hidup yang baik.
Menurut WHO, ada tiga komponen penting yang merupakan satu kesatuan dalam definisi sehat yaitu:
1.        Sehat Jasmani atau Fisik
Sehat jasmani merupakan komponen penting dalam arti sehat seutuhnya, berupa sosok manusia yang berpenampilan kulit bersih, mata bersinar, rambut tersisir rapi, berpakaian rapi, berotot, tidak gemuk, nafas tidak bau, selera makan baik, tidur nyenyak, gesit, dan seluruh fungsi fisiologi tubuh berjalan normal.
2.        Sehat Mental
Sehat mental dan jasmani selalu dihubungkan satu sama lain dalam pepatah kuno “Jiwa yang sehat terdapat didalam tubuh yang sehat” (Men Sana In Corpore Sano). Sehat mental (jiwa) mencakup:
             ·        Sehat Sosial adalah kemampuan seseorang dalam berhubungan dengan orang lain secara baik atau mampu berinteraksi dengan orang atau kelompok lain tanpa membeda-bedakan ras, suku, agama, atau kepercayaan, status sosial, ekonomi, politik.
             ·        Sehat Pikiran atau intelektual tercermin dari cara berpikir seseorang yakni mampu berpikir secara logis (masuk akal) atau berpikir runtut.
             ·        Sehat Emosional tercermin dari kemampuan seseorang untuk mengekspresikan emosinya atau pengendalian diri yang baik.
             ·        Sehat dari aspek ekonomi yaitu mempunyai pekerjaan atau menghasilkan secara ekonomi. Untuk anak dan remaja ataupun bagi yang sudah tidak bekerja maka sehat dari aspek ekonomi adalah bagaimana kemampuan seseorang untuk berlaku produktif secara sosial.
3.        Sehat Spiritual
Spiritual merupakan komponen tambahan pada  pengertian sehat oleh WHO dan memiliki arti penting dalam kehidupan sehari-hari masyarakat. Setiap individu perlu mendapat pendidikan formal maupun informal, kesempatan untuk berlibur, mendengar alunan lagu dan musik, siraman rohani seperti ceramah agama dan lainnya agar terjadi keseimbangan jiwa yang dinamis dan tidak monoton.

Sehat Spiritual tercerimin dari cara seseorang dalam mengekspresikan rasa syukur, pujian, atau penyembahan terhadap pencinta alam dan seisinya yang dapat dilihat dari praktek keagamaan dan kepercayaannya serta perbuatan baik yang sesuai dengan norma-norma masyarakat.